RI Mau Pakai Terapi Stem Cell ke Pasien Covid, Apa Itu?

RI Mau Pakai Terapi Stem Cell ke Pasien Covid, Apa Itu?

Terbaiknews - JakartaCNBC Indonesia - Indonesia saat ini sedang mengembangkan terapi untuk menyembuhkan...

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini sedang mengembangkan terapi untuk menyembuhkan Covid-19. Dengan menggunakan stem cell, sekarang sedang mengajukan izin pemanfaatan kepada Badan POM.

"Bisa dibuktikan bahwa ini bermanfaat untuk pasien kategori berat, bisa melengkapi dengan plasma konvalensen," kata Menteri Riset dan Teknologi serta Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional RI, Bambang Brodjonegoro, dalam Webinar Alternatif Terapi Covid-19 dengan Mesenkimal dan Sel Punca, Jumat (5/2/2021).

Ketua Konsorsium Sel Punca PRN, Ismail Hadisoebroto menyatakan sudah melakukan penelitian pada September 2020 lalu. Terapi ini memiliki kelebihan dapat melakukan self-adjustments dan memenuhi kebutuhan sel.


Selain itu terapi ini juga menghambat badai sitokin, yang kerap meningkat pada pasien yang mengalami Covid-19.

Pada penelitian dilakukan dengan 40 orang dengan kondisi Covid-19 yang kritis. Rinciannya adalah 20 orang menggunakan terapi standar dan stem cell sementara sisanya menggunakan terapi standard saja.

Dia mengatakan hasilnya yang menggunakan terapi stem sell tingkat survivenya 2,5 kali lipat dibandingkan yang tidak. Namun hitungan tersebut tanpa hitungan pasien dengan komorbid.

"Malah di kelompok Msc (terapi stem cell atau sel punca mesenkimal) 4,5 kali lipat survive, tiga orang di kelompok yang sembuh ternyata tidak punya komorbid," ungkapnya.

Komorbid ini juga menjadi hambatan untuk terapi ini. Ismail mengatakan jika pasien kritis Covid-19 kerap datang dengan tambahan komorbid.

Menurutnya ini membuat pendekatan tidak hanya dilakukan oleh dokter spesialis paru saja, namun juga lainnya.

Selain itu juga dia menjelaskan saat ini sedang ada tahapan penelitian tambahan untuk terapi pada pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat.

"Karena data sebelumnya di RS Persahabatan, pasien kritis angka moralitasnya 83% sehingga dengan demikian pasien memburuk dengan cepat. Ada suatu skenario lain (terapi) melakukannya sebelum kritis yakni saat tahap sedang-berat. Dalam ini penelitiannya sedang berjalan," jelas Ismail.


[Gambas:Video CNBC]

(roy/roy)