Siaga Kota, Organisasi Relawan yang Siap Menolong Sesama di Surabaya

Siaga Kota, Organisasi Relawan yang Siap Menolong Sesama di Surabaya

Terbaiknews - ORGANISASI PENOLONG: Di tengah pandemi Covid -19seluruh relawan Siaga Kota tetap bersemangat menolong warga Surabaya yang ditimpa musibah. (Siaga Kota for Jawa Pos)

Mendengar kabar adanya warga Surabaya yang mendapat musibah, Firman Hidayat resah. Gerakan sosial Siaga Kota pun diciptakan. Bersama ratusan relawan, aksi sosial digiatkan.

SEPTIAN NURHADI, Surabaya

SIAGAKota berdiri pada 15 Mei 2017. Ide itu berawal dari percakapan Bagus Nofianto dan Firman Hidayat. Keduanya sama-sama relawan. Dalam perbincangan tersebut, tercetus ide untuk membangun sistem informasi yang bisa membuat para relawan turun tangan.

Terlebih Surabaya sebagai kota besar. Peristiwa besar kerap terjadi. Salah satunya adalah kecelakaan lalu lintas. Polisi harus dibantu mendapatkan informasi terjadinya peristiwa tersebut secara cepat. Korban pun bisa segera mendapatkan penanganan.

”Awalnya dengan memanfaatkan relawan yang baru berjumlah 30 orang, kami bantu memberikan informasi kepada petugas,’’ kata Firman di base camp Siaga Kota, Jalan Gubeng Kertajaya. Perlahan, Siaga Kota harus dibesarkan agar masyarakat mengenalnya.

Koordinator utama Siaga Kota itu gencar memperkenalkannya melalui pakaian. Sekaligus sebagai identitas. Ratusan kaus bertulisan Siaga Kota dibuat. Seragam juga dipakai oleh para petugas lain. Misalnya, petugas Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya, satpol PP, dan BPB linmas.

Nama Siaga Kota semakin dikenal. Seiring waktu, jumlah relawan yang bergabung semakin banyak. Bahkan, kini jumlahnya mencapai 200 orang. Kebanyakan relawan merupakan driver ojek online. Mereka tersebar merata di wilayah Surabaya. Dari handie-talkie, informasi mengenai peristiwa di Surabaya tersampaikan.

Firman tidak menyangka, Siaga Kota mendapatkan respons baik. Warga Surabaya tertarik bergabung. Pada 15 Juni 2019, atas keputusan bersama, Siaga Kota memiliki struktur organisasi tetap. Bahkan, organisasi itu diakui keberadaannya oleh Pemkot Surabaya dan kepolisian.

Dengan banyaknya personel, Siaga Kota bisa melebarkan sayap dalam menjalankan tugas. Kini personel tidak hanya memberikan informasi kepada petugas. Namun, mereka juga terjun memberikan pertolongan. Apalagi kecelakaan lalin kerap memakan korban jiwa. Tidak sedikit di antara mereka yang menjadi korban adalah warga miskin.

Keluarga korban kerap kali bingung dan pasrah. Terkadang mereka tidak mampu untuk membayar ambulans. Bahkan, bila korban meninggal, keluarga tak kuat membayar biaya pemakaman. Di situlah Siaga Kota turun tangan lagi. Mereka membeli ambulans yang bisa digunakan secara gratis. ’’Kami merasa perlu memfasilitasinya,” terang pria kelahiran Surabaya, 31 Agustus 1982, itu.

Ambulans gratis, kata Firman, dibutuhkan karena ambulans dari rumah sakit kerap datang terlambat. Akibatnya, korban tidak bisa mendapatkan penanganan medis secara maksimal.

Siaga Kota juga membantu menangani laporan orang hilang. Ketika itu, pihaknya mendapatkan laporan adanya kakek berusia 75 tahun yang telantar di Jalan Greges, Asemrowo.

Saat ditemukan, bapak tua itu hanya seorang diri. Tidak membawa KTP dan hanya ingat rumahnya berada di Pasar Rebo, Jakarta. ’’Karena sudah tua, nggak inget alamat secara jelas. Hanya inget patokan-patokannya,’’ ucap dia.

Meski begitu, pertolongan tetap diberikan. Pihaknya memutuskan untuk mencari alamat tersebut. Melalui bantuan informasi yang diberikan netizen melalui media sosial, kakek tua itu akhirnya berhasil kembali berkumpul dengan keluarganya.

Senyum serta ucapan terima kasih yang diberikan korban membuat Firman bungah.

Berkecimpung selama empat tahun sebagai relawan tak membuatnya capek. Meskipun harus mengeluarkan tenaga lebih dan berkurangnya waktu berkumpul dengan keluarga.

Pada pagi hingga sore, Firman menjalani rutinitas sebagai pegawai swasta. Malam dia menjalankan tugas sebagai relawan Siaga Kota. Dalam satu hari, tiga hingga sepuluh laporan masuk ke handie-talkie miliknya.

Kemasukan Saham Siluman, Modal Rp 6,5 Miliar Hanya Tersisa Rp 1,7 M

Meski memiliki niat baik, Firman juga kerap mendapatkan penolakan ketika akan memnberikan pertolongan. Sebab, para korban takut ditarik biaya oleh para relawan. Baru setelah dijelaskan bahwa pertolongan yang diberikan cuma-cuma, perlahan mereka bisa memahami. ’’Kami jelaskan bahwa mereka tidak perlu membayar. Alias gratis,’’ ucap dia.

Firman menjelaskan, bantuan yang diberikan kepada korban murni berasal dari para donatur dan uang sumbangan anggota member Siaga Kota.

Saat pandemi Covid-19, tugas Siaga Kota bertambah. Salah satunya, giat menyosialisasikan disiplin protokol kesehatan (prokes) serta membagikan masker secara gratis.

Saksikan video menarik berikut ini: