Duh! Korban Perubahan Iklim Diprediksi Lebih Besar dari Covid

Duh! Korban Perubahan Iklim Diprediksi Lebih Besar dari Covid

Terbaiknews - JakartaCNBC Indonesia - Jika kamu berpikir kasus Covid-19 saat ini sudah parahberarti kamu salah...

Jakarta, CNBC Indonesia - Jika kamu berpikir kasus Covid-19 saat ini sudah parah, berarti kamu salah besar. Sebab menurut seorang mantan gubernur bank sentral Inggris dan Kepala Bank of Canada, Mark Carney, masih ada perubahan iklim yang nyatanya dapat menimbulkan lebih banyak kematian dibandingkan penyebaran pandemi.

Mark Carney yang saat ini menjabat sebagai utusan PBB untuk aksi dan keuangan iklim, menuturkan dalam perubahan iklim masalah terbesarnya adalah tidak dapat mengisolasi diri.

"Itu bukan pilihan kita, Kita tidak bisa mundur dan menunggu iklim berubah, ini akan lebih buruk," ujar Mark Carney dikutip BBC, Senin (8/2/2021).


Dia pun membandingkan tingkat kematian perubahan iklim dan Covid-19. Menurutnya perubahan iklim menyebabkan kematian yang setara dengan krisis corona setiap tahun mulai pertengahan abad.

"Dan setiap tahun bukan hanya satu kali peristiwa, Jadi ini masalah yang harus ditangani sekarang," kata dia.

Perhatian dunia saat ini memang tertuju pada penanganan Covid-19. Sejumlah pemerintah mengeluarkan triliunan dolar untuk melaksanakan stimulus menyelamatkan ekonomi karena hilangnya pekerjaan dan dampak lockdown.

Sementara itu hanya sedikit uang saja yang diperuntukkan untuk mengurangi emisi karbon. Ini jadi tugas Carney untuk membujuk para pembuat kebijakan, kepala eksekutif, bankir serta investor untuk memperhatikan lingkungan.

Menurutnya investasi untuk energi dan infrastruktur pendukung perlu berlipat ganda. "Setiap tahun selama tiga dekade US$3,5 triliun per tahun, selama 30 tahun. Ini peluang investasi sangat besar," kata Carney.

Carney menyebutkan China memang jadi pencemar terbesar di dunia namun punya rencana untuk membuat netral karbon ditahun 2060. Negara itu terus membangun pembangkit listrik tenaga batu bara dan 70% diantaranya tenaga bahan bakar fosil.

"Jelas ada masalah soal batu bara di China dan semakin cepat China menyelesaikannya, semakin baik untuk mereka dan dunia," kata dia.

Namun di sisi lain, dia menuturkan jika China juga memproduksi 60% panel surya photovolcanic, selain juga menjadi produsen terbesar kendaraan elektrik.

Sementara itu dengan sektor keuangan terbesar dan canggih dengan keahlian teknologi dan teknik, menurutnya AS dapat menetralkan karbon juga nantinya.


[Gambas:Video CNBC]

(roy/roy)