Satgas Normalisasi Sungai Banjarmasin Ditopang TNI-Polri dan KN-PN

Satgas Normalisasi Sungai Banjarmasin Ditopang TNI-Polri dan KN-PN

Terbaiknews - Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina saat memantau banjir di Jalan A Yanibeberapa waktu lalu. (Diskominfotik Banjarmasin/Antara)

–Satuan Tugas (Satgas) normalisasi sungai dan penanganan banjir yang dibentuk Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ditopang kekuatan TNI-Polri hingga kejaksaan negeri dan pengadilan negeri (KN-PN).

”Tim Satgas ini sangat gemuk. Selain jajaran pemkot juga didukung TNI-Polri dan KN-PN. Mudah-mudahan tetap lincah di lapangan,” ujar Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina seperti dilansir dari Antara.

Dia meminta kegiatan rapat koordinasi satgas tersebut hanya digelar sekali. Sebab, harus banyak bertindak di lapangan. Semua pimpinan lembaga yang terlibat di satgas memantau dan berkoordinasi di lapangan. Sehingga, penanganan normalisasi sungai dan penanganan banjir bisa berjalan efektif dan cepat.

Ulun (saya) berharap rapat ini mungkin sekali ini saja. Setelah ini, kita di lapangan. Sebab, banyak hal yang harus kita selesaikan di lapangan,” ucap Ibnu Sina.

Menurut Ibnu Sina, pada momentum tanggap darurat bencana Satgas harus berbuat dan menuntaskan persoalan banjir yang belum usai sejak pertengahan bulan lalu.

Tugas Satgas ini, kata Ibnu Sina, salah satunya adalah menentukan skala prioritas penanganan banjir dan normalisasi aliran sungai. Sasarannya bangunan-bangunan yang menutupi aliran drainase dan sungai segera ditertibkan.

”Satgas akan fokus normalisasi sungai dari bangunan-bangunan yang menutupi sungai di Jalan A Yani, Pramuka, Jalan Veteran, dan Gatot Subroto,” ujar Ibnu Sina.

Musibah banjir yang melanda Kota Banjarmasin mulai 14 Januari, terbanyak di daerah Banjarmasin Timur, Selatan, dan Utara. Musibah banjir yang lambat surut hingga Tabu (3/2) masih banyak titik yang masih tergenang, sekitar 100 ribu jiwa terdampak banjir tersebut.

Sementara itu, ahli lingkungan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin Udiansyah mengatakan, masyarakat di Kalimantan Selatan harus mulai beradaptasi dengan situasi banjir. Sebab, perubahan kondisi lingkungan memicu banjir parah terjadi saat ini.

”Kalau posisi rumahnya rendah yang faktanya air tak turun-turun saat banjir sekarang, ya ditinggikan. Lebih baik lagi dibuat konsep rumah panggung,” kata Udiansyah di Banjarmasin.

Menurut Udiansyah, air yang masih menggenang di beberapa titik salah satunya disebabkan tinggi dataran atau tanah sama dengan atau justru lebih rendah dari permukaan sungai. Sehingga air yang menggenang tak mungkin bisa mengalir ke sungai. Solusinya harus dilakukan pompanisasi atau bisa juga menunggu air masuk ke dalam tanah yang membutuhkan waktu lama.

Dijelaskan Udiansyah yang juga guru besar Fakultas Kehutanan ULM itu, banjir besar yang terjadi dalam sejarah bencana di Kalsel saat ini, dipicu berkurangnya volume sungai akibat sedimentasi (pengendapan). Sehingga begitu hujan ekstrem melanda, sungai tak mampu menampung air sesuai kapasitasnya.

”Banyak faktor penyebab sedimentasi, di antaranya kerusakan lingkungan seperti hutan yang berakibat aliran permukaan semakin besar. Jadi air hujan yang masuk ke dalam tanah berkurang tetapi turun mengalir ke daerah lebih rendah dan membawa material-material di atasnya. Termasuk juga tumpukan sampah ke sungai,” papar Udiansyah.

Saksikan video menarik berikut ini: